Djaja Surya Atmadja SpF, PhD: 
"Bukti Kekerasan Bukan Hanya di Kepala" 

Djaja Surya Atmadja SpF, PhD merupakan ahli identifikasi forensik dengan menggunakan deoxy ribonucleic acid(DNA) satu-satunya di Indonesia. Anggota tim forensik dari FK-UI turut memeriksa kondisi kerangka para korban Tanjungpriok. Berdasarkan hasil tesnya, para korban diketahui mengalami tindak kekerasan sebelum akhirnya menemui ajal. Hal ini tampak dari warna tulang di bagian luar dan dalam yang berwarna kehitaman. 

Dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, penggalian terhadap ke-6 korban Priok di pemakaman Mengkok,
Sukapura, tergolong mudah. "Karena satu lubang untuk satu mayat. Mayat juga berada di dalam peti. Selain itu
daerahnya sudah telokalisir," ujar Djaja yang meraih gelar doktor dari Universitas Kobe, Jepang pada usia 35 tahun. 

Yang unik, menurut Djaja, kliennya kebanyakan datang untuk mendeteksi adanya perselingkuhan melalui tes DNA. "Kebanyakan yang datang laki-laki," ujarnya lagi sambil tersenyum. Namun, ia juga kerap diminta untuk mengidentifikasi korban kejahatan. Pengalaman yang paling menarik adalah saat ia diminta pemerintah Jepang
mengidentifikasi mayat para tentara Jepang yang dikuburkan di Irian Jaya pada tahun 1944. Hanya dalam waktu seminggu, ia berhasil menyelesaikan tugasnya. Dan batas waktu 56 tahun pun tidak menjadi kendala. 

Berikut ini petikan wawancara Erwin Zachri dari TEMPO Interaktif dengan doktor berkaca mata tebal ini soal hasil pemeriksaan forensik korban kasus Tanjungpriok, 12 September 1984: 


Bagaimana kondisi kerangka para korban Priok setelah 16 tahun? 
Kondisi tulang mayat kering, tidak berbau, dan derajat kerusakan tulang relatif kecil. Kecuali pada tulang-tulang kepala yang hampir sebagian besar sangat rapuh. Begitu juga dengan tulang iga dan tulang belakang.

Ini artinya trauma terjadi di kepala? 
Belum tentu. Kalau mau tahu ada trauma atau tidak harus dilihat serpihan-serpihannya.

Tapi kok kondisi tulang kepala lebih rapuh? 
Ada beberapa kemungkinan mengapa kepala lebih hancur. Dibandingkan (dengan) tulang-tulang lain, kepala termasuk tulang yang agak rapuh. Ketebalannya tidak sampai 1 cm. Sementara di bagian dalamnya berupa
lubang-lubang sehingga kondisinya gampang patah. Apalagi jika ada trauma, jelas lebih gampang patah. Kenyataan yang ada pada korban, selain faktor kerapuhan itu, kondisi kerangka memang sudah patah.
Kalau kita lihat di beberapa mayat memang benar terjadi kekerasan di kepala. Pada bagian yang hancur, kita bisa tahu apakah terjadinya setelah atau sebelum mati. 

Lalu? 
Pada beberapa kasus terdapat kekerasan di kepala sebelum mati. Pada tulang yang mengalami trauma, di permukaan, bagian tengah dan sisi dalamnya terlihat hitam. Hal ini terlihat jelas pada beberapa mayat. Jadi,
prosedur pemeriksaannya dengan memeriksa bagian dalam dan luar tulang. Jika ada kekerasan sesudah meninggal, patahan tulang berwarna putih. Tetapi kalau terjadi sebelum meninggal, patahan tampak hitam. Bahkan sampai ke rongga-rongganya.

Jadi bisa disimpukan bahwa terjadi kekerasan di bagian kepala korban sebelum meninggal? 
Bukan hanya itu (di kepala). Di anggota badan juga ada. 

Lalu apa yang bisa diketahui dari tes forensik ini? 
Paling sedikit kita bisa bilang bahwa ada kekerasan atau tidak. Masalahnya, kekerasan itu disebabkan oleh apa? Benda tajam, tumpul, atau kekerasan senjata api. Itu masalahnya. Kalau kita bilang tumpul, tidak menutup kemungkinan berasal dari senjata api. Karena ada senjata api yang dalam kecepatan sangat tinggi akan mengakibatkan serpihan-serpihan yang persis seperti akibat benda tumpul. Kenapa untuk kasus orang hidup bisa ketahuan dari senjata api? Karena pada orang hidup ada jaringan lunak. Sehingga, kelihatan gambaran anak
pelurunya. Sementara begitu (peluru) masuk ke tulang sudah susah, kecuali jika ada tembakan dan kelihatan lubang di ujungnya. Susahnya, kondisi tulang saat ini hancur. Kalau tidak hancur itu gampang. Karena, serpihan akibat senjata api lebih parah. Sementara yang diakibatkan benda tumpul biasanya berbentuk garis-garis.

Bagaimana dengan kadar asam garam? Apakah mempengaruhi kondisi kerangka? 
Asam bisa mempengaruhi tulang. Tetapi dalam kondisi asam yang sangat ekstrim. Misalnya PH-nya di bawah 5. Kami melihat kondisi tanah di atas dan bawah mayat, PH-nya 6,6-6,8. Itu PH normal untuk tanah. Jadi, nggak ada pengaruhnya.

Bagaimana dengan tiga paku yang ditemukan di kepala mayat Andi Samsu? 
Kalau paku itu, menurut saya, karena papan atas dari peti ambruk akibat ruang kosong. 

Ada yang menduga korban dimasukkan peti hidup-hidup... 
Sebenarnya begini, kalau ada resapan darah pada bagian mayat maka kita sebut bagian tersebut indra vital. Yaitu, suatu kelainan yang menunjukkan sesuatu terjadi sebelum kematian. Tetapi indra vital ini masih dalam tanda kutip. Dalam arti kalau begitu meninggal, ia digebuk, kondisinya sama dengan korban yang digebuk sebelum mati. Tapi ini harus beberapa menit setelah kematian. Kalau lewat satu atau dua jam dari kematian, kita gebuk atau diapakan tidak akan ada resapan darah. Sehingga, kondisi patah atau luka terbuka tidak bakal kelihatan. Jadi
belum bisa dipastikan.

Apakah Anda menerima tekanan dalam kasus ini? 
Tidak. Karena untungnya kami ada institusi. Kalau perorangan, bahayanya lebih besar. Karena gampang ditekan dan dibujuk. Dan juga, barangkali, polisi itu underestimate terhadap pemeriksaan yang kami lakukan. Bahwa hasilnya begitu-begitu saja. Padahal karena ini laporan ilmiah, kami akan buka semuanya dan seadanya.

Tapi kenapa hasil pemeriksaan forensik tidak akan diumumkan oleh Komnas HAM? 
Barangkali mereka takut ada interpretasi macam-macam. Sebagai contoh, kami melakukan pemeriksaan darah dari tulang. Dan begitu kami periksa, kami mendapatkan golongan darah A. Dan (hasil itu) ditulis wartawan. Padahal, dokter tidak pernah memeriksa satu kali. Setelah diperiksa 3-4 kali, ternyata selain A ditemukan komponen B.
Jadi dokter yakin setelah pemeriksaan ke-4 golongannya AB. Tetapi keluarganya yang merasa anaknya golongan AB telah lebih dulu mendengar bahwa golongan darah anaknya A kan susah. Kedua mungkin soal kebijaksanaan mereka. Tetapi kalau kami fair saja tidak ada masalah.

Dalam tes forensik ini, apa ada rencana untuk tes DNA? 
Saya nggak yakin. Menurut saya, pada kasus (korban di Mengkok) ini tidak ada urgensinya. Karena orangnya sudah jelas. DNA itu bagian terakhir kalau orangnya tidak dikenal. Dan juga tidak imbang antara biaya yang dikeluarkan dan manfaatnya. Kecuali kalau identitas yang kami temukan berbeda dengan data yang telah dikumpulkan dari saksi. Jadi, kami hanya mendata kelengkapan tulangnya. Setelah itu mendeteksi kekerasan ada atau tidak. Jika ada, jenis kekerasannya apa. Kedua, kami membaca identitas berdasarkan antropologi forensik
dimana kami menentukan ras, umur, tinggi badan, dan jenis kelaminnya.

Berapa besar biaya pemeriksaan DNA? 
Empat juta per sampel.

Dalam kasus-kasus seperti ini, bagian tubuh mana yang diambil untuk pemeriksaan DNA? 
Pada kasus seperti ini biasanya tulang dan gigi. Di antara keduanya, yang lebih bagus adalah gigi. Karena tertutup dan tidak terkontaminasi dengan luar. Namun sebenarnya semua bagian bisa. 

Bagaimana proses pemeriksaan DNA ini? 
Pada prinsipnya, semua sel tubuh manusia mengandung DNA. Contohnya, jika diambil gigi, gigi dihancurkan sampai bagian sumsumnya kelihatan. Kemudian dicampur bahan kimia proteinase untuk menghancurkan sel sehingga dalam larutan tercampur antara protein, karbohidrat, lemak, DNA dan lainya. Proses selanjutnya kita memisahkan bagian lainnya dengan DNA menggunakan larutan fenol yang akan melarutkan semua bahan kecuali DNA. DNA itu berupa larutan yang kental seperti ingus. Larutan itu diukur konsentrasinya untuk mengetahui kemurniannya dan diperbanyak dengan mesin. Ia menampilkan pita yang terlihat di dalam agar.

Pita itu menggambarkan apa? 
DNA seperti barcode yang khas untuk setiap orang. 

Apa fungsi pemeriksaan DNA ini? 
Dengan pemeriksaan DNA, kami mengetahui apakah serangkaian tulang berasal dari orang yang sama. Ini bisa diketahui karena tulang dari orang yang sama memiliki DNA yang sama. Selain itu, pertanyaannya, siapakah orang tersebut? Untuk itu, kami mengambil darah dari ibu dan bapak. Karena pita anak selalu diturunkan dari ibu dan bapak. Setiap anak punya 20 pita. 10 berasal dari ibu dan 10 berasal dari bapak. Kami tinggal mencocokkan.

Kalau tidak ada orang tuanya? 
Bisa dicocokkan dengan adik atau kakaknya. Seorang bapak biasanya memberikan pita tertentu kepada anaknya, misalnya pita nomor 1,7,5. Sementara pita-pita lain diberikan ke anaknya yang lain. Antara saudara ada yang sama dan ada yang tidak. Tapi kalau semuanya dirunut, itu pasti cocok dengan bapak dan ibu. Jadi, Anda bisa membayangkan kalau kasusnya pada orang yang tidak dikenal. Makanya, pemerisaan DNA itu proses terakhir yang dikerjakan. Sementara, untuk kasus ini, kami mencocokkan dengan pemeriksaan laboratorium biasa dengan
data yang ada. Misalnya, dari tulang bisa kami prediksikan ketinggiannya. Kalau untuk rumus tinggi badan, saya yang membuatnya. Namanya, Rumus Djaja.

Pemeriksaan DNA dapat dilakukan untuk kasus-kasus apa saja? 
Sebenarnya banyak sekali. Yang paling jelas untuk identifikasi. Kedua, untuk kasus pembunuhan seperti kasus Udin yang diketok dengan senjata hingga ada bekas darahnya. Ketiga, untuk kasus perkosaan dengan memeriksa sperma pada vagina. Kasus keempat adalah pencarian ayah. Misalnya karena perebutan anak di rumah sakit atau
kasus penculikan dalam waktu lama. Kelima, kasus perselingkuhan. Misalnya nggak sengaja tertangkap seorang istri ada bercak di celananya.

Terakhir, Anda melakukan tes begitu cepat... 
Ini belum rekor. Rekor saya waktu ke Irian Jaya memeriksa 71 mayat dalam waktu satu minggu. Itu dilakukan sendiri. Dan bukan hanya memeriksa tapi juga mencari lokasi mayat. (Ia memang diminta pemerintah Jepang untuk melakukan pemeriksaan terhadap mayat serdadu Jepang yang meninggal di Irian Jaya tahun 1944 -red) 
***(Sumber: Tempo on-line)