Mark Barton, Tukang Jagal Dari Atlanta

Mark Barton (44), yang kalah besar bermain saham, dengan enteng membunuh dua istri, seorang mertua, bahkan dua anak kandungnya--serta sembilan orang lainnya. Ternyata, untuk semuanya itu, dengan ringan ia berdalih, untuk menukar perderitaan seumur hidup dengan rasa sakit lima menit. Akhirnya, tukang jagal dari Altlanta itu mati bunuh diri.
Tampaknya, binatang lebih layak ia sandang, ketimbang manusia. 

Pekerjaan sehari-harinya adalah pedagang harian (day trader) bursa saham, yang saban hari selalu berjudi dengan nasib. Dan profesi ini memang tak mengenal kompromi, kecuali menang atau tersingkir. Menurut beberapa perkiraan, kerugian total Barton di pasar saham mencapai US$ 300 ribu. 

Rangkaian pembunuhannya, dilakukan tiga hari berturut-turut pada pekan pertama Agustus 1999. Selasa dan rabu, 3 dan 4 Agustus, nyawa istri, seorang anak lelakinya dan seorang anak perempuannya merenggang lepas. Lalu, kamis, 5 Agustus, ia melenggang tenang di All-Tech Investment group. Manager dan sekertaris perusahaan menyambutnya dengan ramah. Saat itu ia mengeluhkan anjloknya nilai saham Doe Jones hampir 200 poin.

Padahal sebelumnya, ia baru saja keluar dari gedung sebelah jalan, perusahaan pialang Momentum Securities. Di sini, ia juga menyinggung tentang merosotnya pasar modal sebelum membuka tembakan dengan sebuah Glock 9 mm dan sepucuk Colt Kaliber 45. Makanya, empat orang dibuatnya tak berkutik, mati.

Lalu, dengan kedua senjata yang sama, lima orang tewas di All-Tech. Disana pulalah, empatpuluh rentetan senjata menyebar. Jadi, jumlah seluruh yang mati menjadi sembilan. Ternyata, masih ada tiga belas orang tercederai, dengan dua orang terluka parah.

Ketika senja di hari naas itu, polisi memojokkannya di pom bensin sebuah pemukiaman pinggir kota Atlanta, Barton menodongkan Glock dan Colt ke pelipisnya sendiri, lalu, dor! Ia tewas bunuh diri.

Tapi siapakah Barton, dan mengapa ia kalap?

Terlahir sebagai Mark Orrin Barton, menamatkan pendidikan pada jurusan ilmu kimia Universitas South Carolina. Ia berbicara tentang dirinya sendiri melalui berbagai catatan yang ditemukan pada sejumlah korbannya. Yakni didekat mayat istrinya (Leigh Ann Lang, 27), dan dua anaknya (Matthew, 12; Michelle, 8). Mayat mereka tersembunyi dibawah tumpukan handuk dan seprei, dan hanya wajah mereka yang tampak. Tak berencana hidup lama, tulisnya dalam catatan yang ditinggalkan, ternyata, ia berencana membunuh sebanyak-banyaknya orang.

Terungkap, ditahun 1993, Barton berusaha mengambil US$ 600 ribu dari polis pertamanya. Sebelumnya si istri, Debra Spivey, dan ibunya, Eloise Spivey, dibunuh di Alabama. Untungnya, polisi mencurigai Barton. Maka, perusahaan asuransi, yang mendapat informasi itu, mencegah mengambil premi. Untuk kasus ini, Barton sempat diperikasa selama enam jam.

Catatan bunuh diri Barton, memberi bebrapa hal yang sulit dimengerti, tapi menggoda. Ada amarah didalamnya. "Orang-orang yang dengan rakusnya berusaha menghancurkan diriku." Sambil menyesali dunia bursa saham, ia punya tudingan, penyesalan, dan penyangkalan terhadap keluarganya. (Disarikan dari Matra, Oktober 1999).