Pembantaian Mengenaskan Etnik Albania

Terbukti sudah pembantaian Serbia terhadap etnik Albania setelah laporan forensik lengkap tragedi 15 Januari 1998 itu. Serbia tak bisa membantah lagi adanya pembantaian mengerikan di Benua Eropa yang disebut-sebut kawasan yang menghormati hak asasi manusia. Laporan itulah menjadi salah satu alasan mengapa NATO melancarkan gempuran militer.

Laporan independen pakar forensik yang dikutip harian The Washington Post (17/3) mengungkapkan, sebanyak 40 orang yang tewas di Desa Racak, Kosovo pada Januari lalu memang korban eksekusi dalam sebuah pembantaian terorganisasi. Penemuan menyeluruh oleh pakar forensik Finlandia, Dr Helena Rantala itu bertentangan dengan klaim Serbia. Pemerintah Serbia menyatakan mereka yang tewas adalah kelompok separatis bersenjata dan penduduk sipil yang terjebak kontak senjata.

Karena kekejaman luar biasa yang dilakukan Serbia, beberapa pemimpin Uni Eropa dilaporkan tidak menyiarkan seluruh rincian laporan pakar forensik itu. Dari laporan itu terungkap bagaimana korban itu tewas mengenaskan di tangan tentara Serbia yang brutal. Pembantaian 15 Januari itu di barat daya Pristina, ibu kota Kosovo, itu merupakan titik balik kemarahan masyarakat internasional terhadap Yugoslavia yang didominasi Serbia.

***

TIM pakar forensik menyusun laporan berdasarkan penyidikan langsung ke lapangan. Mereka juga mengotopsi langsung bersama patolog Pemerintah Yugoslavia. Tim itu menyimpulkan, 22 korban dibunuh di selokan di pinggiran Racak. Sebuah sumber mengungkapkan, selokan itu sangat sempit sehingga korban ini hanya dapat ditembak dengan sengaja.

Meskipun sejumlah korban lainnya dipindahkan ke rumah atau sebuah masjid sebelum tim peninjau internasional datang, pakar forensik mampu memastikan di mana semua 40 korban itu tewas. Dari pola luka tembak di mayat mereka dan bukti lain, tim itu menyimpulkan tidak ada alasan mereka tewas tak sengaja atau mereka anggota Tentara Pembebasan Kosovo. Bukti yang ada antara lain pakaian sipil dan harta benda miliknya.

Menurut beberapa pejabat negara Barat, tim itu menemukan sudut luka peluru di mayat korban sesuai dengan sebuah skenario di mana mereka dipaksa berlutut sebelum diberondong peluru dari senjata otomatis. "Pola berondongan" peluru ini merupakan rincian yang sangat sensitif. Sumber lain mengungkapkan, cedera yang ditemukan dalam mayat itu menunjukkan mereka ditembak ketika berlarian.

Utusan khusus AS, William Walker melukiskan pembunuhan itu sebagai sebuah pembantaian oleh pasukan pemerintah. Akibat pernyataannya itu, Walker pernah diancam agar keluar dari Yugoslavia. Laporan yang sudah terungkap itu jelas menunjukkan bahwa Serbia melakukan tindakan brutal terhadap etnik Albania di Kosovo. (Sumber: Kompas, Selasa, 30 Maret 1999)