RAJIV GANDHI, SEPATAH CERITA PENERUS DINASTI

Rajiv lahir di Bombay, di rumah nenek-sepupunya, adik perempuan Nehru. Jadi ia lahir tiga tahun sebelum India meraih kemerdekaan. Makanya, Rajiv termasuk salah seorang yang disebut Midnight Children oleh Salman Rusdie. Generasi yang lahir pada masa--masa penuh kesulitan merebut kemerdekaan dari Inggris. Ialah perdana menteri India pertama yang tak mengalami perjuangan kemerdekaan.

Nehru memilih nama Rajiv--dalam bahasa Sansekerta yang berarti "bunga Seroja"--seperti juga Kamala, istri Nehru yang meninggal delapan tahun sebelumnya. Saat berusia dua tahun, Rajiv dibawa Indira menemui Mahatma Gandhi. Saat itu Mahatma dipersalahkan kaum pengungsi Hindu dari Pakistan, karena membiarkan India terlepas dari Pakistan.
Rajiv sempat mempermainkan jubah Sang Mahatma, yang keesokan harinya mati ditembak mati oleh seorang Hindu fanatik.

22 Mei 1991, di sebuah kuil, kota kecil Sriperembudur, 42 km dibaratdaya Madras, Rajiv melangkah keluar dari mobilnya. Sambutan hangat datang dari pendukungnya. Kota singgah pertama dalam usahanya merebut kursi perdana menteri, sedang berpesta, dihadiri 10.000 pengunjung dari dusun--dusun disekelilingnya. Mereka mengelu--elukan sang thalivar.

Pengamanannya ringan saja. Para anggota polisi menyebar, tanpa senjat otomatis, tanpa metal detector. Rajiv tampaknya kurang berjaga--jaga dibandingkan dengan kampanye pemilu terdahulu. Padahal, pembunuhan ibunya dahulu membuat keluarganya was-was atas keselamatannya--terutama Sonia (sang istri). Makanya, selama bertahun--tahun ia melingkupi dirinya dengan rompi kebal peluru dan mengurung dirinya dalam lingkaran pengawalnya.

Namun, hari ini ia datang "telanjang", rompinya telah ia tanggalkan. Terlambat dua jam, Gandhi mengambil nafas sebelum melangkah kekerumunan yang "menyembunyikan" bungkusan canggih berisi bahan peledak. Seorang wanita muda, berusia 20 tahun, diduga dari suku Tamil, maju kedepan menunggu antrean. Di tubuhnya terpasang bahan peledak itu. Kepada Rajiv, diserahkannya kalungan bunga cendana. Ketika ia membungkukkan tubuhnya, seolah--olah hendak mencium ujung kaki Rajiv, pecahlah ledakan dahsyat, dari detonator manual.

Ledakan langsung membunuhnya, mencabik--cabik pakaiannya, tubuhnya, dan wajahnya hingga sukar dikenali. Wanita pembunuh itu juga ikut tewas. Juga hadirin didekatnya. Seorang polisi wanita terbaring mati dengan kaki hancur. Dan didekatnya seorang fotografer terbantai. Kamera masih tersangkut dilehernya.

Pendukungnya yang sebelumnya sempat berteriak "Hidup Gandhi" tiba-tiba menjerit putus asa. "Dimana thalaiva, dimana pemimpin?"

Yang dapat dikenali hanyalah tubuhnya yang besar jangkung, dan sepatu yang copot dari kakinya.

Segera setelah berita pembunuhan itu sampai ke Dehli, amarah langsung bangkit. Anak muda berkumpul di Janpath 10, kediaman Gandhi di ibu kota. Lantas mereka melampiaskan kegusaranya--mirip yang dilakukan setelah kematian Indira. Korban yang timbul mencapai 2.000 orang. Sonia,44 dan putrinya Priyanka, 19, menyelinap diam--diam ke Madras untuk menjemput jenazah Rajiv.

Seluruh India Shock. Atas perintah pemerintah, toko-toko dan kantor-kantor di seluruh Dehli ditutup. Dan pasukan bersenjata lengkap berpatroli.

Sumber: Bonus Matra 1991